Menjelajahi Warisan Bersejarah Ciung Wanara Situs Bojong Galuh Karangkamulyaan
Menjelajahi Warisan Bersejarah Ciung Wanara Situs Bojong Galuh Karangkamulyaan
Perjalanan melalui jalur selatan via Ciamis membuka peluang unik untuk menjelajahi sejarah yang kaya dari Kerajaan Galuh. Salah satu titik puncak di sepanjang jalan raya Ciamis-Banjar adalah objek wisata Ciung Wanara Situs Bojong Galuh Karangkamulyaan. Meluas hingga 25 hektar, situs ini membanggakan hutan budaya yang terjaga baik, dihiasi dengan pohon-pohon tinggi berusia ratusan tahun.
Di bagian depan objek wisata ini berdiri Masjid Baitul Azis. Tidak jauh dari situ, pengunjung akan menemukan Monumen Gong Perdamaian Dunia yang diresmikan pada 9 September 2009. Berdampingan dengan monumen Gong Perdamaian Dunia berdiri Museum Situs Karangkamulyaan, yang menampilkan beragam koleksi artefak dari Kerajaan Galuh.
Di depan museum, terdapat sebuah pohon yang menghasilkan buah paling pahit, bahkan melebihi rasa buah maja. Menariknya, kawanan monyet yang tinggal di hutan budaya Situs Karangkamulyan ini menolak untuk memakan buah pahit tersebut.
Melangkahkan kaki ke dalam inti Situs Karangkamulyan, pengunjung disambut oleh kerimbunan bambu yang menyegarkan. Sapaan riang dari kawanan monyet yang berjalan di sisi jalan maupun yang bergelayut di pohon menambah pesona tempat ini.
Situs ini adalah ladang perbendaharaan peninggalan sejarah dari Kerajaan Galuh Purba (abad ke-7) – sebuah kerajaan besar yang melahirkan keturunan yang kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit, Kerajaan Galuh Pajajaran, dan berbagai kerajaan lain di Tatar Pasundan. Pengunjung dapat menjelajahi petilasan batu pangcalikan (bekas singgasana raja), situs Sanghiyang Bedil, lokasi penyabungan ayam, lambang peribadatan, panyandaan, Cikahuripan, serta Makam Adipati Panaekan. Semua sisa-sisa peninggalan Kerajaan Galuh Purba ini masih bisa disaksikan hingga hari ini.
Salah satu hal yang tak ternilai dari situs ini adalah hutan seluas 25 hektar yang terjaga baik. Di dalam situs ini tumbuh berbagai jenis pohon kuno, beberapa di antaranya bahkan berusia lebih dari seratus tahun. Pohon binong, dengan diameter 3 meter, diyakini berusia sekitar 600 tahun atau melalui 10 generasi. Di antara pohon-pohon tua lainnya seperti kihideung, bencoy, burahol, nyatuh, heras, kedoya, kisaheun, bungur, tutundunan, kibeo, kitamaga, johar, dan berbagai jenis pohon lainnya.
Legenda Ciung Wanara, sebuah cerita rakyat yang lahir dari keagungan Kerajaan Galuh Purba, tetap terjaga dengan baik di situs ini. Kisah ini melibatkan peran Naga Wiru, seekor ular besar yang berkontribusi besar dalam pertumbuhan Ciung Wanara, raja Kerajaan Galuh.
Menjelang bulan Ramadan, penduduk setempat melaksanakan ritual ngikis – tradisi membersihkan diri secara spiritual menjelang bulan puasa.
Tak hanya sejarah dan hutan yang terjaga, Ciung Wanara Situs Bojong Galuh Karangkamulyaan juga menawarkan pengunjung kesempatan untuk menyaksikan fenomena alam langka, terutama saat musim kemarau seperti sekarang. Yakni pertemuan dua aliran sungai di Patimuan, yaitu aliran Sungai Cimuntur (keruh karena dasar sungainya lumpur) dan aliran Sungai Citanduy (jernih karena dasar sungainya bebatuan dan pasir).
Sebagai destinasi wisata, Situs Karangkamulyaan tidak hanya menjadi perjalanan melintasi landmark sejarah dan legenda; kini telah berkembang menjadi pusat rekreasi. Kegiatan seperti outbond, berkuda, bahkan arung jeram kini menjadi bagian dari penawaran wisata. Tim Petualangan Ciungwanara (ACT), sebuah komunitas arung jeram, siap memandu para penggemar petualangan beradrenalin tinggi melalui pengalaman yang mendebarkan. Baik mencari kekayaan budaya, keajaiban alam, atau kegiatan rekreasi, Ciung Wanara Situs Bojong Galuh Karangkamulyaan memberikan pengalaman wisata yang holistik dan tak terlupakan.
Post a Comment for "Menjelajahi Warisan Bersejarah Ciung Wanara Situs Bojong Galuh Karangkamulyaan"